Sabtu, 27 Juni 2009

rahasia atap kamar mandi


Pukul 13.00 bel berbunyi lagi, itu tandanya waktu istirahat sudah selesai. Semua siswa memasuki kembali kelasnya masing-masing. Tetapi ada yang berbeda dengan wajah Alin, siswi kelas 10 di SMK Analisis KImia ini terlihat sangat marah. Belum sempat Gina bertanya, dengan otomatis Alin langsung nyerocos.
“Gin, sebagai siswa yang berfikir kritis, Lo harusnya punya perasaan yang sama ama gue. Bayangin dong Gin ! apa lo ga sebel? Liat aja Gin keadaan sekolah kita yang katanya udah berstatus Sekolah Bertaraf Internasional, masa guru-gurunya pada bertengkar dan saling menyalahkan gara-gara memperdebatkan masalah prosedur titrasi yang bener. Pantes aja waktu kita praktek, pembimbing di Lab pada berdebat. Denger-denger sih buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi sekolah kita yang tebelnya 6000 halaman itu ilang. Aneh BGT tau ga? Kalo tau gini, mendingan Gue pindah sekolah aja deh”
Belum sempat Gina menimpal, bu Risma sudah datang untuk mengajar mata pelajaran Kimia. Karena Alin sudah terlanjur kesal pada guru-guru yang pelajaranya berbau kimia, akhirnya Alin lebih memilih untuk tidur di bangkunya. Niatnya sih Alin Cuma mau tidur sampai jam 4 sore saja, sampai pelajaran Bu Risma selesai dan berharap kalau Gina akan membangunkanya. Tapi ternyata ketika pelajaran selesai tidak ada seorangpun yang membangunkan Alin. Mungkin karena mereka keburu takut sama Alin. Begitu juga dengan Bu Risma Beliau juga tidak ingin mengganggu tidur siswi yang terkenal pintar dan punya otak analisis ini.
Hari sudah mulai gelap.
Alin mulai membuka matanya dan berbalik ke belakang untuk melihat jam dinding yang menempel di dinding.
“Bussseth…..” ucap Alin terkejut sambil mengusap ilernya.
“Jam berapa sekarang? Jam dua belas siang atau malem? Tapi kalo siang-siang kok gelap banget sih ? Berarti malem dong. Ah… berarti Gue sedang dalam bahaya dan butuh perlindungan. OMG. Ginaaaaaa (sambil berteriak sampai mulutnya hampir sobek) ko, Elo gak bangunin gue sih ? hix hix hix” Alin hampir saja menangis karena merasa ketakutan.
Tidak ada gunanya Alin menangis. Yang harus Dia lakukan sekarang adalah cepat pulang, atau nelpon bokapnya buat ngejemput. Tapi HP Alin malah lobet. Lagian keluarga Alin juga gak pernah peduli, mereka pasti mengira Alin sudah tidur.
“Sial… “ gumam Alin dalam hati.
lagi bete-betenya, Alin malah ingin pipis. Tanpa pikir panjang, Alin langsung berlari menuju toilet wanita terdekat untuk menyetorkan air seni-nya itu.
Akhirnya acara setor-menyetor itu selesai juga
“Huh.. plong deh rasanya. Sekarang tinggal balik. Mmh.. balik atau bobo di sekolah aja ya,, lagian kan sekarang hari Sabtu dan otomatis besok hari libur. Gak ada beban untuk ngerjain Pe-eR. Udah ah, gue mau bobo di sekolah aja. Gue kan perempuan nekat dan pemberani, jhaha jhaha, narsis ya guech” Alin mencoba menghilangkan rasa takut dengan menghibur diri.
Entah kenapa malam itu perasaan Alin sangat campur aduk antara takut dan penasaran. Ya, Alin masih merasa penasaran atas hilangnya buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu. Suasana malam semakin hening dan suasana kamar mandi pun semakin mencekam, Alin menengadahkan kepalanya ke atas, tepatnya melihat bagian atap kamar mandi. Alin melihat ada salah satu enternit yang terlepas sehingga atap itu (dapat dikatakan) bolong (yang berbentuk persegi). Malam itu Alin seperti melihat sebuah gua yang sangat gelap. Ya, lubang pada atap itu seperti mulut gua.
Alin tetap berdiri di bawah mulut gua yang berbentuk persegi tersebut. Tiba-tiba Alin melihat sesuatu yang keluar dari mulut gua tersebut. Dan ternyata, sesuatu itu adalah sehelai kertas. Kertas tersebut jatuh perlahan-lahan ke hadapan Alin, tepatnya mendarat di ujung kaki Alin. Alin langsung membaca isinya.
Tangannya membolak-balik kertas itu.
Alin cukup terkejut. Sedikit.
“Hah.. halaman ke 6000? Halaman dari buku apaan nih? Ko tebel banget?” gumam Alin penasaran
Saking penasarannya, Alin nekat untuk menaiki bak dan mengintip keadaan di balik atap kamar mandi itu. Gelap. Sama sekali tidak terlihat apa-apa di sana, hanya suara tikus-tikus yang sedang main petak umpet yang terdengar. Alin makin penasaran. Dengan kaki kijangnya, ia membuat semacam lompatam per agar tubuhnya dapat mendarat di atas atap. Tangan Alin menggapai atap dan dengan susah payah kakinya menyentuh atap, akhirnya Alin sampai juga di atas atap. Alin meraba-raba bagian tempat kakinya berpijak dan “Dug…..” kaki Alin tersandung sesuatu. Bukan batu,kayu atau apaun.
Tapi.
“Aw.. apaan nih? (Alin terus merabanya) wuih.. bentuknya persegi panjang dan ada lembaran-lembarannya. Ini buku”
Alin tambah penasaran.
Agar lebih jelas terlihat, Alin menjatuhkan buku itu ke bawah melalui lubang pada atap itu. “Bugg… “ buku setebal 6000 halaman terjatuh ke lantai kamar mandi yang basah. Alin langsung loncat ke bawah dan mendarat di lantai yang basah pula.
Perlahan Alin mengeja judul bukunya
“REFERENSI PROSEDUR TEKNIK TITRASI“ Alin mengeja
“Yuhuuuuuw.. gue, gue adalah orang yang menemukan buku ini. I’m a Hero. Gue adalah pahlawan yang udah nyelamatin sekolah ini dari kegelapan ilmu titrasi dan perpecahan. Hahaha. Ups.. lupa, kan gak boleh sombong. Pokonya dengan buku ini, gue berharap SMK Analisis Kimia ini dapat rukun kembali dan benar-benar menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Amin..”
Dengan ditemukanya buku itu, Alin langsung berniat untuk langsung melakukan praktikum di laboratorium. Sendirian. Malam Minggu ini. Alin ingin langsung mempraktekannya.
Ckiiit… pintu Lab dibuka. Ternyata tidak dikunci. Allhamdulillah. Emang rezekinya Alin. Pintu langsung ditutup kembali. Buku diletakan di meja kerja. Dibuka halaman pertamanya.lalu halaman selanjutnya. Alin menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum pribadinya ini. serasa laboratorium itu adalah laboratorium pribadi miliknya. Yap.. semua alat dan bahan sudah siap. Alin tinggal melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang ada di dalam buku yang baru Ia temukan.
Tetapi, tak lama ketika Alin baru saja akan memulai praktikumnya. Tiba-tiba saja Alin dikejutkan oleh sesuatu. Sirkulator tiba-tiba berputar dengan sendirinya. Tabung reaksi bergerak melayang. Begitu juga dengan pipet, labu ukur dan semua alat-alat yang akan Alin rangkai. Semua melayang.
“Gue gak lagi mimpi kan….?” Ucap Alin sambil mencubit pipinya.
Semua alat bekerja dengan sendirinya. Sesua dengan prosedur yang ada pada buku Referensi. Buku terbuka dengan sendirinya. Lembar demi lembarnya seolah memberi panduan pada alat-alat yang melayang agar mereka bekerja sesuai prosedur. Semua Alat terangkai dengan sendirinya dan dapat bekerja tanpa tersentuh tangan Alin.
“Ini magic.. ko bisa kaya gini ?” Alin heran.
Alin makin dikejutkan lagi ketika pintu Laboratorium terbuka dengan sendirinya. Seiring dengan angin yang membuat hawa semakin dingin.
“ Blaaaak….” Pintu terbanting sangat kuat
Pandangan Alin langsung tertuju pada pintu.
“Siapa itu….?”
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukan adanya orang disana.
“Hallouu.. itu siapa ya? Jangan sok nakut-nakutin deh, gak lucu tau” Alin menambahi lagi.
Tetap tidak ada yang menjawab
“Woi gak lucu deh, gue gak takut tau. Bassi….” Alin marah
Alin mendekati pintu karena penasaran. Langkahnya diayun perlahan. Alin tidak berani untuk langsung menatap keluar pintu. Satu langkah demi satu langkah ia hitung. Degup jantungnya semakin keras. Tanganya sudah basah oleh keringat. Alin terus melangkah perlahan dengan badan agak dibungkukan. Wajahnya mulai mengintip dari samping pintu. Alin menghitung dalam hati untuk mempersiapkan mentalnya agar dapat mengintip ke balik pintu. 1 2 3…
Dan.
“Aah……… kamu siapa?” Alin teriak histeris
Kini Alin berhadapan dengan seorang wanita cantik, berambut panjang dan berbaju putih, tepatnya seperti gaun. Bukan hantu. Alin sama sekali tidak merasa takut berhadapan dengan wanita itu. Teriakan tadi hanya ungkapan keterkejutannya. Wanita itu lebih pantas dikatakan bidadari, karena wajahnya berseri dan selalu terrsenyum manis pada Alin. Wanita itu cantik.
Kini wanita itu bicara.
“Hai Alin, kamu takut ?”
“Ng.. Eng… ngak ko bu.. Ibu ini siapa ya? Maaf ya bu saya ga sopan praktukum sendirian.” Ucap Alin.
“Oh.. gak apa-apa ko. Seharusnya saya berterimakasih sama kamu Lin, karena kamu sudah menemukan buku Referensi itu.”
“Iya bu, sama-sama. Tapi Ibu ini siapa?”
“Apa perlu saya ceritakan?” ucap wanita itu sambil tersenyum
“Iya bu. Kan Alin ingin tahu.”
Kini Alin sudah mulai merasa nyaman dan tidak merasa tegang atau takut lagi. Alin merasa sedang berbicara dengan ibu peri yang sering muncul di film-film. Tapi Alin yakin ini bukan mimpi. Alin juga yakin, wanita ini bukan manusia, karena Alin gak melihat kakinya.
Akhirnya ibu peri itupun menceritakan semuanya.
“Begini Lin, ceritanya. Nama ibu adalan ibu Hilda. Satu tahun lalu, sekolah kita mempunyai kasus yang sangat serius hingga menelan satu nyawa. Yaitu nyawa ibu. Pada saat itu ada seorang siswa kelas 10 yang bernama Rubby. Ia sangat pintar dalam ilmu kimia dan selalu mendapat pujian dari para guru. Belum genap satu tahun bersekolah di SMK Analisis Kimia ini, Rubby sudah dapat menguasai teknik titrasi dengan sangat sempurna. Hal itu Ia dapat karena ia selalu rajin membaca dan mempelajari buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu. Ia terus mempelajari isi buku itu hingga akhirnya Ia sangat menguasai isinya. Kami dari pihak sekolah semakin merasa bangga atas prestasi demi prestasi yang Ia raih. Tetapi keadaan tidak seperti yang kami duga. Rubby berubah. Ia menjadi siswa yang arogan dan serakah. Ia tidak mau membagi ilmu-nya pada teman-temanya. Ia tidak ingin tersaingi. Hingga suatu saat, Rubby mencuri buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu dari perpustakaan, setelah dicuri, buku itu Ia sembunyikan di atas atap toilet wanita. Entah apa alasannya. Kebetulan pada saat itu, hanya ada ibu yang melihat langsung apa yang Rubby lakukan dan ibu langsung membawanya ke ruang BP. Disana ibu menasehatinya dan meminta mengambil kebali buku yang Ia sembunyikna untuk dikembalikan lagi ke perpustakaan. Rubby mengangguk, pertanda Ia mengakui kesalahannya. Namun dugaan ibu salah.”
Alin menyimak kisah ibu dengan penuh rasa penasaran. Ibu Hilda melanjutkan kisahnya.
“Ya Alin, ibu telah salah menduga. Tak lama setelah itu, Rubby berubah menjadi baik, malah suatu hari Ia menyuguhi ibu secangkir kopi hangat. Lantas saja ibu meminumnya. Namun ternyata, Rubby telah terlebih dahulu meracuni kopi yang ibu minum tersebut dengan dosis yang sangat tinggi. Hingga ibu tidak sadarkan diri dan tidur untuk selamanya. Tetapi tak lama kemudian kasus itu terungkap dan Rubby ditahan oleh polisi sekarang. Namun masih ada yang mengganjal di hati ibu. Tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan buku Referensi itu. Dan ibu belum merasa tenang. Tapi kini ibu sudah merasa tenang karena kamu sudah menemukannya Lin. Ibu sangat senang dan berterimakasih pada kamu.”
Alin terharu.
“Ouh jadi itu ceritanya bu. Tapi tenang deh bu, kan ka Rubby sudah ditangkap polisi…”
“Iya Alin. Jadi, sekarang kamu tinggal berikan buku ini pada kepala sekolah saat upacara hari senin nanti. Oke?”
“iya bu, siap” ucap Alin sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Alin, tugas ibu sudah selesai. Kamu harus jaga amanat ibu ya sayang. Ini demi kepentingan sekolah kita. Ibu yakin kamu juga pasti bisa menjadi sepintar Rubby.”
“Tapi ibu mau kemana? Ibu jangan pergi dulu, Alin masih ingin ngobrol sama ibu !”
“Alin, semuanya sudah cukup. Ibu hanya menyampaikan amanat saja. Tolong dijaga ya bukunya. Dan satu lagi, kalau kamu sudah pintar, ibu harap kamu tidak menjadi sombong dan serakah. Ibu tidak ingin kejadian tahun lalu terulang lagi.”
“Ya bu.. Alin akan pegang amanat ibu.”
Bidadari cantik itu menghilang dalam sekejap.
Alin tertegun. Dan berkata dalam hati
“Tuh kan bener, yang tadi itu bidadari bukan manusia. Wuiiih.. berarti aku uadah pernah ketemu bidadari dong? Pokonya nanti senin aku harus cepat-cepat menyerahkan buku ini pada pak kepsek. Mudah-mudahan keadaan sekolah menjadi pulih kembali.”


***

Hari Senin pagi di SMK Analisis Kimia.
Pagi itu Pak Kepsek memberikan amanatnya kepada para siswa saat upacara pengibaran bendera.
“Anak-anakku sekalian, sekaligus para guru pembimbing terutama pembimbing praktikum. Pada pagi ini akan saya sampaikan kabar bahagia, bahwasannya buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi sudah ditemukan kembali setelah hilang selama satu tahun. Dan orang yang menemukan buku tersebut adalah salah satu siswi kita yang masih duduk di bangku kelas 10, yaitu Alina Febryanti atau biasa kita panggil Alin.”
Tepukan tangan diiringi sorakan terdengar di semua sudut lapangan. Alin hanya tersenyum di barisan depan. Dan kini Ia dapat melihat senyuman bidadari itu , Ia sedang berdiri di pojok lapangan sambil mengacungkan ibu jarinya pada Alin.
Alin merasa pengalamannya itu sangan berharga dan tidak mungkin ada temannya yang dapat mempercayai petualangannya di malam minggu itu. Bahkan kepsek sekalipun. Tidak ada yang tahu kecuali dirinya dan ibu peri itu.


***

Di dalam kelas
Gina ingin meminta maaf karena tidak membangunkan Alin saat Alin tidur di kelas hari Sabtu yang lalu.
“Lin.. gue minta maaf ya, Sabtu kemaren ga ngebangunun Lo..? Lo ga marah kan ?”
Alin menjawab dengan senyummannya yang tulus.
“Ya ya ya gua maafin ko, gue gak marah.”
“Yee.. Alin baik deh. Oya Lin, certain dong gimana ceritanya kamu bisa nemuin buku itu.”
Dengan santainya Alin menjawab.
“Ada deh, mau tau aja. Pokonya ceritanya panjang.”
“Uuuh…. Dasar Lo, sok maen rahasia-rahasiaan. Hahaah….”
“Jhaahaa Jhaajhaa… “
Alin yakin, walaupun Ia menceritakannya pada Gina, Gina pasti gak akan percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar