Senin, 29 Juni 2009

Heheh,,

Auw malem,,
ku ga bakal panjang lebar c,ku cuma mau menuangkan rasa ateul tangan ku ja.
Ehm,
dikit curhat ea?
Prnah ga sih,km ngrasain dr yg asalnya netral,trus benci,trus suka,trus nyesel,n ingin netral lg
ku smpet loh,bnci sama dia,krena ku prnah dibikin nangis sma dia,gra2x kata2 dia n kelakuanya yg nyebelin.Eh,, v,kesini-sni.A ku jg smpet punya rasa suka ma dia,coz dia dah bikin ku kagum bgd ma dia,waktu dia tanding.Iii,poko.A wktu tu,dia so cool deh,v klu ku sadar lg atas klakuan dia dulu ke aku,ku kd nyesel kalo harus suka ma dia.Coba aja dulu dia ga nyebelin,mungkin ku g nyesel suka ama ke-cool-an dia pas tnding.Poko.A dia all star deh...

Sabtu, 27 Juni 2009

rahasia atap kamar mandi


Pukul 13.00 bel berbunyi lagi, itu tandanya waktu istirahat sudah selesai. Semua siswa memasuki kembali kelasnya masing-masing. Tetapi ada yang berbeda dengan wajah Alin, siswi kelas 10 di SMK Analisis KImia ini terlihat sangat marah. Belum sempat Gina bertanya, dengan otomatis Alin langsung nyerocos.
“Gin, sebagai siswa yang berfikir kritis, Lo harusnya punya perasaan yang sama ama gue. Bayangin dong Gin ! apa lo ga sebel? Liat aja Gin keadaan sekolah kita yang katanya udah berstatus Sekolah Bertaraf Internasional, masa guru-gurunya pada bertengkar dan saling menyalahkan gara-gara memperdebatkan masalah prosedur titrasi yang bener. Pantes aja waktu kita praktek, pembimbing di Lab pada berdebat. Denger-denger sih buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi sekolah kita yang tebelnya 6000 halaman itu ilang. Aneh BGT tau ga? Kalo tau gini, mendingan Gue pindah sekolah aja deh”
Belum sempat Gina menimpal, bu Risma sudah datang untuk mengajar mata pelajaran Kimia. Karena Alin sudah terlanjur kesal pada guru-guru yang pelajaranya berbau kimia, akhirnya Alin lebih memilih untuk tidur di bangkunya. Niatnya sih Alin Cuma mau tidur sampai jam 4 sore saja, sampai pelajaran Bu Risma selesai dan berharap kalau Gina akan membangunkanya. Tapi ternyata ketika pelajaran selesai tidak ada seorangpun yang membangunkan Alin. Mungkin karena mereka keburu takut sama Alin. Begitu juga dengan Bu Risma Beliau juga tidak ingin mengganggu tidur siswi yang terkenal pintar dan punya otak analisis ini.
Hari sudah mulai gelap.
Alin mulai membuka matanya dan berbalik ke belakang untuk melihat jam dinding yang menempel di dinding.
“Bussseth…..” ucap Alin terkejut sambil mengusap ilernya.
“Jam berapa sekarang? Jam dua belas siang atau malem? Tapi kalo siang-siang kok gelap banget sih ? Berarti malem dong. Ah… berarti Gue sedang dalam bahaya dan butuh perlindungan. OMG. Ginaaaaaa (sambil berteriak sampai mulutnya hampir sobek) ko, Elo gak bangunin gue sih ? hix hix hix” Alin hampir saja menangis karena merasa ketakutan.
Tidak ada gunanya Alin menangis. Yang harus Dia lakukan sekarang adalah cepat pulang, atau nelpon bokapnya buat ngejemput. Tapi HP Alin malah lobet. Lagian keluarga Alin juga gak pernah peduli, mereka pasti mengira Alin sudah tidur.
“Sial… “ gumam Alin dalam hati.
lagi bete-betenya, Alin malah ingin pipis. Tanpa pikir panjang, Alin langsung berlari menuju toilet wanita terdekat untuk menyetorkan air seni-nya itu.
Akhirnya acara setor-menyetor itu selesai juga
“Huh.. plong deh rasanya. Sekarang tinggal balik. Mmh.. balik atau bobo di sekolah aja ya,, lagian kan sekarang hari Sabtu dan otomatis besok hari libur. Gak ada beban untuk ngerjain Pe-eR. Udah ah, gue mau bobo di sekolah aja. Gue kan perempuan nekat dan pemberani, jhaha jhaha, narsis ya guech” Alin mencoba menghilangkan rasa takut dengan menghibur diri.
Entah kenapa malam itu perasaan Alin sangat campur aduk antara takut dan penasaran. Ya, Alin masih merasa penasaran atas hilangnya buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu. Suasana malam semakin hening dan suasana kamar mandi pun semakin mencekam, Alin menengadahkan kepalanya ke atas, tepatnya melihat bagian atap kamar mandi. Alin melihat ada salah satu enternit yang terlepas sehingga atap itu (dapat dikatakan) bolong (yang berbentuk persegi). Malam itu Alin seperti melihat sebuah gua yang sangat gelap. Ya, lubang pada atap itu seperti mulut gua.
Alin tetap berdiri di bawah mulut gua yang berbentuk persegi tersebut. Tiba-tiba Alin melihat sesuatu yang keluar dari mulut gua tersebut. Dan ternyata, sesuatu itu adalah sehelai kertas. Kertas tersebut jatuh perlahan-lahan ke hadapan Alin, tepatnya mendarat di ujung kaki Alin. Alin langsung membaca isinya.
Tangannya membolak-balik kertas itu.
Alin cukup terkejut. Sedikit.
“Hah.. halaman ke 6000? Halaman dari buku apaan nih? Ko tebel banget?” gumam Alin penasaran
Saking penasarannya, Alin nekat untuk menaiki bak dan mengintip keadaan di balik atap kamar mandi itu. Gelap. Sama sekali tidak terlihat apa-apa di sana, hanya suara tikus-tikus yang sedang main petak umpet yang terdengar. Alin makin penasaran. Dengan kaki kijangnya, ia membuat semacam lompatam per agar tubuhnya dapat mendarat di atas atap. Tangan Alin menggapai atap dan dengan susah payah kakinya menyentuh atap, akhirnya Alin sampai juga di atas atap. Alin meraba-raba bagian tempat kakinya berpijak dan “Dug…..” kaki Alin tersandung sesuatu. Bukan batu,kayu atau apaun.
Tapi.
“Aw.. apaan nih? (Alin terus merabanya) wuih.. bentuknya persegi panjang dan ada lembaran-lembarannya. Ini buku”
Alin tambah penasaran.
Agar lebih jelas terlihat, Alin menjatuhkan buku itu ke bawah melalui lubang pada atap itu. “Bugg… “ buku setebal 6000 halaman terjatuh ke lantai kamar mandi yang basah. Alin langsung loncat ke bawah dan mendarat di lantai yang basah pula.
Perlahan Alin mengeja judul bukunya
“REFERENSI PROSEDUR TEKNIK TITRASI“ Alin mengeja
“Yuhuuuuuw.. gue, gue adalah orang yang menemukan buku ini. I’m a Hero. Gue adalah pahlawan yang udah nyelamatin sekolah ini dari kegelapan ilmu titrasi dan perpecahan. Hahaha. Ups.. lupa, kan gak boleh sombong. Pokonya dengan buku ini, gue berharap SMK Analisis Kimia ini dapat rukun kembali dan benar-benar menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Amin..”
Dengan ditemukanya buku itu, Alin langsung berniat untuk langsung melakukan praktikum di laboratorium. Sendirian. Malam Minggu ini. Alin ingin langsung mempraktekannya.
Ckiiit… pintu Lab dibuka. Ternyata tidak dikunci. Allhamdulillah. Emang rezekinya Alin. Pintu langsung ditutup kembali. Buku diletakan di meja kerja. Dibuka halaman pertamanya.lalu halaman selanjutnya. Alin menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum pribadinya ini. serasa laboratorium itu adalah laboratorium pribadi miliknya. Yap.. semua alat dan bahan sudah siap. Alin tinggal melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang ada di dalam buku yang baru Ia temukan.
Tetapi, tak lama ketika Alin baru saja akan memulai praktikumnya. Tiba-tiba saja Alin dikejutkan oleh sesuatu. Sirkulator tiba-tiba berputar dengan sendirinya. Tabung reaksi bergerak melayang. Begitu juga dengan pipet, labu ukur dan semua alat-alat yang akan Alin rangkai. Semua melayang.
“Gue gak lagi mimpi kan….?” Ucap Alin sambil mencubit pipinya.
Semua alat bekerja dengan sendirinya. Sesua dengan prosedur yang ada pada buku Referensi. Buku terbuka dengan sendirinya. Lembar demi lembarnya seolah memberi panduan pada alat-alat yang melayang agar mereka bekerja sesuai prosedur. Semua Alat terangkai dengan sendirinya dan dapat bekerja tanpa tersentuh tangan Alin.
“Ini magic.. ko bisa kaya gini ?” Alin heran.
Alin makin dikejutkan lagi ketika pintu Laboratorium terbuka dengan sendirinya. Seiring dengan angin yang membuat hawa semakin dingin.
“ Blaaaak….” Pintu terbanting sangat kuat
Pandangan Alin langsung tertuju pada pintu.
“Siapa itu….?”
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukan adanya orang disana.
“Hallouu.. itu siapa ya? Jangan sok nakut-nakutin deh, gak lucu tau” Alin menambahi lagi.
Tetap tidak ada yang menjawab
“Woi gak lucu deh, gue gak takut tau. Bassi….” Alin marah
Alin mendekati pintu karena penasaran. Langkahnya diayun perlahan. Alin tidak berani untuk langsung menatap keluar pintu. Satu langkah demi satu langkah ia hitung. Degup jantungnya semakin keras. Tanganya sudah basah oleh keringat. Alin terus melangkah perlahan dengan badan agak dibungkukan. Wajahnya mulai mengintip dari samping pintu. Alin menghitung dalam hati untuk mempersiapkan mentalnya agar dapat mengintip ke balik pintu. 1 2 3…
Dan.
“Aah……… kamu siapa?” Alin teriak histeris
Kini Alin berhadapan dengan seorang wanita cantik, berambut panjang dan berbaju putih, tepatnya seperti gaun. Bukan hantu. Alin sama sekali tidak merasa takut berhadapan dengan wanita itu. Teriakan tadi hanya ungkapan keterkejutannya. Wanita itu lebih pantas dikatakan bidadari, karena wajahnya berseri dan selalu terrsenyum manis pada Alin. Wanita itu cantik.
Kini wanita itu bicara.
“Hai Alin, kamu takut ?”
“Ng.. Eng… ngak ko bu.. Ibu ini siapa ya? Maaf ya bu saya ga sopan praktukum sendirian.” Ucap Alin.
“Oh.. gak apa-apa ko. Seharusnya saya berterimakasih sama kamu Lin, karena kamu sudah menemukan buku Referensi itu.”
“Iya bu, sama-sama. Tapi Ibu ini siapa?”
“Apa perlu saya ceritakan?” ucap wanita itu sambil tersenyum
“Iya bu. Kan Alin ingin tahu.”
Kini Alin sudah mulai merasa nyaman dan tidak merasa tegang atau takut lagi. Alin merasa sedang berbicara dengan ibu peri yang sering muncul di film-film. Tapi Alin yakin ini bukan mimpi. Alin juga yakin, wanita ini bukan manusia, karena Alin gak melihat kakinya.
Akhirnya ibu peri itupun menceritakan semuanya.
“Begini Lin, ceritanya. Nama ibu adalan ibu Hilda. Satu tahun lalu, sekolah kita mempunyai kasus yang sangat serius hingga menelan satu nyawa. Yaitu nyawa ibu. Pada saat itu ada seorang siswa kelas 10 yang bernama Rubby. Ia sangat pintar dalam ilmu kimia dan selalu mendapat pujian dari para guru. Belum genap satu tahun bersekolah di SMK Analisis Kimia ini, Rubby sudah dapat menguasai teknik titrasi dengan sangat sempurna. Hal itu Ia dapat karena ia selalu rajin membaca dan mempelajari buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu. Ia terus mempelajari isi buku itu hingga akhirnya Ia sangat menguasai isinya. Kami dari pihak sekolah semakin merasa bangga atas prestasi demi prestasi yang Ia raih. Tetapi keadaan tidak seperti yang kami duga. Rubby berubah. Ia menjadi siswa yang arogan dan serakah. Ia tidak mau membagi ilmu-nya pada teman-temanya. Ia tidak ingin tersaingi. Hingga suatu saat, Rubby mencuri buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi itu dari perpustakaan, setelah dicuri, buku itu Ia sembunyikan di atas atap toilet wanita. Entah apa alasannya. Kebetulan pada saat itu, hanya ada ibu yang melihat langsung apa yang Rubby lakukan dan ibu langsung membawanya ke ruang BP. Disana ibu menasehatinya dan meminta mengambil kebali buku yang Ia sembunyikna untuk dikembalikan lagi ke perpustakaan. Rubby mengangguk, pertanda Ia mengakui kesalahannya. Namun dugaan ibu salah.”
Alin menyimak kisah ibu dengan penuh rasa penasaran. Ibu Hilda melanjutkan kisahnya.
“Ya Alin, ibu telah salah menduga. Tak lama setelah itu, Rubby berubah menjadi baik, malah suatu hari Ia menyuguhi ibu secangkir kopi hangat. Lantas saja ibu meminumnya. Namun ternyata, Rubby telah terlebih dahulu meracuni kopi yang ibu minum tersebut dengan dosis yang sangat tinggi. Hingga ibu tidak sadarkan diri dan tidur untuk selamanya. Tetapi tak lama kemudian kasus itu terungkap dan Rubby ditahan oleh polisi sekarang. Namun masih ada yang mengganjal di hati ibu. Tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan buku Referensi itu. Dan ibu belum merasa tenang. Tapi kini ibu sudah merasa tenang karena kamu sudah menemukannya Lin. Ibu sangat senang dan berterimakasih pada kamu.”
Alin terharu.
“Ouh jadi itu ceritanya bu. Tapi tenang deh bu, kan ka Rubby sudah ditangkap polisi…”
“Iya Alin. Jadi, sekarang kamu tinggal berikan buku ini pada kepala sekolah saat upacara hari senin nanti. Oke?”
“iya bu, siap” ucap Alin sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Alin, tugas ibu sudah selesai. Kamu harus jaga amanat ibu ya sayang. Ini demi kepentingan sekolah kita. Ibu yakin kamu juga pasti bisa menjadi sepintar Rubby.”
“Tapi ibu mau kemana? Ibu jangan pergi dulu, Alin masih ingin ngobrol sama ibu !”
“Alin, semuanya sudah cukup. Ibu hanya menyampaikan amanat saja. Tolong dijaga ya bukunya. Dan satu lagi, kalau kamu sudah pintar, ibu harap kamu tidak menjadi sombong dan serakah. Ibu tidak ingin kejadian tahun lalu terulang lagi.”
“Ya bu.. Alin akan pegang amanat ibu.”
Bidadari cantik itu menghilang dalam sekejap.
Alin tertegun. Dan berkata dalam hati
“Tuh kan bener, yang tadi itu bidadari bukan manusia. Wuiiih.. berarti aku uadah pernah ketemu bidadari dong? Pokonya nanti senin aku harus cepat-cepat menyerahkan buku ini pada pak kepsek. Mudah-mudahan keadaan sekolah menjadi pulih kembali.”


***

Hari Senin pagi di SMK Analisis Kimia.
Pagi itu Pak Kepsek memberikan amanatnya kepada para siswa saat upacara pengibaran bendera.
“Anak-anakku sekalian, sekaligus para guru pembimbing terutama pembimbing praktikum. Pada pagi ini akan saya sampaikan kabar bahagia, bahwasannya buku Referensi Prosedur Teknik Titrasi sudah ditemukan kembali setelah hilang selama satu tahun. Dan orang yang menemukan buku tersebut adalah salah satu siswi kita yang masih duduk di bangku kelas 10, yaitu Alina Febryanti atau biasa kita panggil Alin.”
Tepukan tangan diiringi sorakan terdengar di semua sudut lapangan. Alin hanya tersenyum di barisan depan. Dan kini Ia dapat melihat senyuman bidadari itu , Ia sedang berdiri di pojok lapangan sambil mengacungkan ibu jarinya pada Alin.
Alin merasa pengalamannya itu sangan berharga dan tidak mungkin ada temannya yang dapat mempercayai petualangannya di malam minggu itu. Bahkan kepsek sekalipun. Tidak ada yang tahu kecuali dirinya dan ibu peri itu.


***

Di dalam kelas
Gina ingin meminta maaf karena tidak membangunkan Alin saat Alin tidur di kelas hari Sabtu yang lalu.
“Lin.. gue minta maaf ya, Sabtu kemaren ga ngebangunun Lo..? Lo ga marah kan ?”
Alin menjawab dengan senyummannya yang tulus.
“Ya ya ya gua maafin ko, gue gak marah.”
“Yee.. Alin baik deh. Oya Lin, certain dong gimana ceritanya kamu bisa nemuin buku itu.”
Dengan santainya Alin menjawab.
“Ada deh, mau tau aja. Pokonya ceritanya panjang.”
“Uuuh…. Dasar Lo, sok maen rahasia-rahasiaan. Hahaah….”
“Jhaahaa Jhaajhaa… “
Alin yakin, walaupun Ia menceritakannya pada Gina, Gina pasti gak akan percaya.

Jumat, 26 Juni 2009

Harap hampa

Warna malam tlah prgi
tinggalkan segaris suara
saat cita hanya mimpi
kala tawa terpaku kenangan

andai ia sadar
andai getar ini sampai
trbawa angin sampai ke sana
rasuki jiwanya

rindu mengadu
sejuta asa terkulai
hati menguburnya
dibalik senyum pahit

banyak harap terangkai
penuh penantian
semu tidak pasti
karena waktu telah berganti

separuh hati mengaku
khayal itu palsu
melukis senyum dalam harap tak tergapai
walau indah

Kamis, 25 Juni 2009

Perih

Dirimu tak pernah menyadari
semua yg telah kau miliki
kau buang aku tinggalkan diriku
kau hancurkan aku seakam ku tak prnah ada
aku kan brtahan mski tak kan mungkin menerjang kisahnya walau perih,walau perih
salahkah aku trlalu cinta brharap smw kan kmbali
*back to kau.....

Kamis, 04 Juni 2009

Kerajaan Safawi di Persia

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, Kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani.Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mogul), Kerajaan Safawi menyatakan Syiah sebagai mazhab negara.Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Syekh Safiuddin ( 1252-1335 M).Syekh Safiudin berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Dari Iman Syiah yang keenam, Musa al Kazim. Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al Gilani. Safiuddin mendirikan Tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bidah” .Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konretnya pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M). Salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Junaid kalah dan Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.Pada tahun 1459 M Junaid mencoba merebut Sircassia, tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Syirwan. Oleh karena itu kepemimpinan gerakan Safawi baru dapat diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M.Kemenangan Alaq Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh Alaq Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Safawi adalah sekutu Alaq Koyunlu.Alaq Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Syirwan sehingga pasukan Haidar kalan dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbasy (baret merah).Kondisi memprihatinkan ini baru dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M. langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam memulihkan Kerajaan Safawi adalah sebagai berikut:1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizibasy atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan yang baru anggotanya yang terdiri atas budak-budak. Pasukan ini berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak Raja Tahmasp I.2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain.
1. Bidang EkonomiStabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah Kepulauan Hurmuz dikuasai dan Pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antar Timur dan Barat yang biasa diperebutkan Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Safawi.Disamping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent)
2. Bidang Ilmu PengetahuanDalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuwan ini terus berlanjut.
3. Bidang Pembangunan Fisik dan SeniPada penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, seperti masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1.802 penginapan, dan 273 pemandian umu.Di bidang seni, kemajuan tampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Syah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, serta benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan ini menjadi salah satu dari ketiga kerajaan besar Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejarah.


PENDAHULUAN
Sejak zaman Rasulullah SAW hingga sampai pada zaman sahabat, Islam mengalami kemajuan sangat pesat, banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah perdaban Islam yang masih berdiri, kokoh di berbagai negara Islam. Namun sangat disayangkan Islam yang dulunya sangat maju dan berkembang kemudian mengalami kemunduran, itu disebabkan kurangnya persatuan dari umat Islam sendiri.

KERAJAAN SAFAWI
Safawi adalah sebuah nama kerajaan Islam di Persia yang memerintah tahun 1501 – 1722, yang berhasil memajukan dunia Islam kembali dari kemunduran, kendatipun tidak setara dengan kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Umawiyah di spanyol dan Abbasiyah di Baghdad, khusus di bidang ilmu pengetahuan. Ia memberi ciri nasionalisme kepada bangsa Iran dengan identitas baru, yaitu aliran Syi'ah yang menjadi landasan bagi perkembangan nasionalisme Iran abad modern.

Sejarah safawi bermula dari perjuangan Safi al-Din Ishak al-ardabily (1252 – 1334) pendiri dan pemimpin tarekat Safawiyah. Dalam dekade 1301 – 1447 M gerakan Safawi bercorak murni keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarananya. Jumlah pengikutnya semakin besar. Karena tidak mencampuri politik, gerakannya dapat berjalan dengan aman baik pada masa kekuasaan Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk.
Dalam dekade 1447 – 1501 M Safawi memasuki tahap gerakan politik, sama halnya dengan gerakan sanusiyah di Afrika Utara. Mahdiyah di Sudan dan Maturidiyah serta Naksyabandiyah di Rusia. Sebagai gerakan politik dimulai di bawah pimpinan Junaid ibnu Ali. Akibatnya, Safawi mulai terlibat konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia waktu itu, misalnya konflik politik dengan kerajaan-kerajaan Koyonlo (domba hitam) yang bermazhab syi'ah dan dengan kerajaan ak-Koyonlo (domba putih) yang bermazhab Sunni di bawah kekuasaan Imperium Usmani. Karena kegiatan politiknya, Junaid mendapat tekanan berta dari Raja Kara Koyonlo di daerah Ardabil, sehingga ia terpaksa meninggalkan daerah tersebut dan meminta suaka politik dengan raja Ak-Koyonlo. Di antara kegiatan politik yang penting dilakukan Safawi dalam dekade ini adalah penyerangan militer guna mendapat wilayah untuk dijadikan sebagai basis gerakan dan mengadakan aliansi politik dengan Raja Ak-Koyonlo, Uzun Hasan. Walaupun sampai pada masa pimpinan Haidar Ibnu unaid, Safawi belum dapat mewujudkan cita-citanya, namun ia sempat memberikan suatu atribut kepada para pendukungnya dengan serba merah yang ebrumbai dua belas, sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (Kepala Merah). Rumbai dua belas yang melambang Syi'ah Isna 'Asyariyah (Dua Belas Imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan sifat fanatisme dan militansi para pengikut Syi'ah dengan pemimpinnya. Puncak gerakan Safawi terjadi pada masa pimpinan Ismail Ibnu Haidar, adik dari Ali Ibnu Haidar. Ia beruasaha memanfaatkan kedudukannya sebagai Mursyid untuk mengkonsolidasikan kekuatan politiknya. Secara sembunyi-sembunyi ia menjalin hubungan yang erat dengan seluruh pengikutnya.

Dalam waktu kurang lebih lima tahun, ia berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar. Setelah berhasil menaklukan Syirwan, ia bergerak menuju Ak-Koyonlo. Dalam suatu peperangan yang sengit di Sharur dekat Nackhchiwan tahun 1501 ia berhasil memenangkan peperangan dengan gemilang, sehingga pada tahun itu juga ia memasuki kota Tebrez seraya memproklamasikan berdirinya kerajaan Safawi dengan ia sendiri sebagai Syahnya yang pertama dan menetapkan Syi'ah Dua Belas sebagai agama resmi kerajaan Safawi. Dengan diproklamasikannya kerajaan Safawi sebagai kerajaan dan ditetapkan pula Syi'ah sebagai agama kerajaan maka merdekalah Persia dari pengaruh dari kerajaan Usmani dan kekuatan asing lainnya.
Kemajuan kerajaan safawi sudah dimulai sejak Syah Abbas yang Agung (1587 – 1629), Syah kelima dari kerajaan Safawi, baik di bidang politik, militer maupun ekonomi dan pembangunan, kecuali di bidang sains, teknologi, hukum dan filsafat yang kurang maju. Menjelang kehancurannya, kerajaan Safawi secara formal diperintah oleh empat orang Syah, yaitu Syah dari Safi Mirza (1629 – 1667 M), Syah Sulaiman (1667 – 1694 M), Syah Husain (1694 – 1722 M) sebagai raja terakhir. Dari keempat raja tersebut yang berhasil menahan kemerosotan kerajaan hanya Syah Abbas II, sedangkan ketiga Syah lainnya tidak berdaya.

Dinamika islam
Jika menengok sejarah agama-agama, dengan mudah akan dapat diketemukan fakta yang menunjukkan bahwa banyak agama mengalami persebaran hingga keluar jauh dari wilayah asal pertumbuhannya. Bahkan tak jarang, suatu agama justru dapat berkembang dengan jumlah pengikut yang lebih besar di wilayah lain di luar wilayah asalnya. Proses persebaran ini, seperti dituturkan Park dapat mengambil pola-pola sebagai berikut:
Pertama, ekspansi, baik melalui kontak langsung (contagious) maupun hirarkis (hierarchical); Kedua, pola relokasi. Bersamaan dengan aliran persebaran tersebut, terjadilah proses perubahan dari segi pemahaman maupun praktek yang menunjukkan perbedaan karena faktor lokalitas dan tokohnya. Artinya, banyak agama mengalami perubahan dari aslinya ketika berkembang di wilayah lain. Faktor budaya dan kebiasaan lokal kerap memberi pengaruh terhadap bentuk kepercayaan dan perilaku keberagamaan sehingga muncul fenomena aliran-aliran. Fenomena ini tak terkecuali berlangsung juga dalam tradisi dan komunitas muslim. Untuk memotret hal ini menarik dicermati ulasan Harun Nasution yang menyebutkan bahwa dinamika kesejarahan Islam secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) periode besar perkembangan: (1) klasik; (2) pertengahan; dan (3) modern.
Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi; (2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258 M.
Periode pertengahan (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentiman mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis (antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M). Yang dimaksud disini adalah kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada masa kejayaannya, masing-masing kerajaan ini memiliki keunggulan khas di bidang literatur dan arsitektur sebagaimana terlihat melalui keindahan masjid-masjid dan bangunan lainnya yang lahir ketika itu. Sedangkan perhatian pada riset ilmu pengetahuan masih terbilang sangat kurang sehingga turut memberi kontribusi pada menurunnya kekuatan militer sekaligus politik umat Islam. Sisi lain, dunia Kristen dengan kekayaan yang terus berlimpah yang diangkut dari Amerika dan Timur Jauh semakin maju baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan kekuatan militernya. Maka sejarah akhirnya mencatat, kerajaan Usmani terpukul kalah di wilayah Eropa, kerajaan Safawi terdesak oleh suku-suku Afghan, dan kerajaan Mughal kian mengkerut ditekan raja-raja India. Puncaknya, Mesir sebagai salah satu simbol dan pusat peradaban Islam ketika itu runtuh di bawah penaklukan Napoleon di tahun 1798 M.
Periode modern (1800 M dan seterusnya) dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat Islam. Kekalahan demi kakalahan tampaknya mulai menyadarkan dunia Islam bahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu. Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang bermaksud merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik imperialis, dan juga peradaban kolonial Barat yang semakin massif.
Sejarah Kerajaan Safawi
Nama kerajaan di Persia (kini Iran), didirikan oleh Syah Isma’il Safawi (Isma’il I) pada tahun 907 H/1501 M di Tabriz. Kerjaan Safawi adalah salah satu dari tiga kejaan besar di dunia Islam pada abad pertengahan. Dua yang lainnya adalah kerjaan Usmani (Ottoman) di Turki dan Kerajaan Mogul di India. Kerajaan ini di sebelah barat berbaasan dengan kerjaan Usmani dan di sebelah timur berbatasan dengan India yang pada waktu itu berada dibawah pemerintahan Kerajaan Mogul.
Kerjaan Safawi menjadikan aliran Syiah sebagai mazhab resmi negara dan menjadikan persia pusat aliran ini. Sampai saat ini tanah Persia (Iran) merupakan pusat aliran Syiah. Nama kerajaan ini berasal dari seorang Sufi yang benama Syekh Safiuddin Ardabeli (1252-1334) dari ardabil di Azerbaijan. Ia belajar dari seorang sufi yang bernama Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301) Dijilan dekat laut Kaspia. Syekh Syaiuddin di ambil menantu oleh gurunya dan setelah gurunya wafat ia menggantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarikat.
Tarikat ini kemudian terkenal dengan tarikat Safawiyah yang berpusat di Ardabil. Syekh Safiuddin dikenal sebagai sufi yang besar dan dianggap keramat oleh para pengikutnya. Di bawah pimpinannya, tarikat ini berkembang menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Suriah, dan Anatolia, dan kemudian menjadi gerakan politik seperti halnya gerakan tarikat Sanusiah di Afrika Utara, tarikat Mahdiyah di Sudan, dan tarikat Muridiah serta tarikat Naksyabandiyah di Rusia. Jadi kerajaan Safawi adalah jelmaan dari tarikat Safawiyah yang di usakan oleh Isma’il Safawi dan para pendahulunya.
Mengenai asal-usul Syekh Syafiuddin ada dua pendapat. Pertama ia adalah keturunan Musa Al Kazib (Imam ke 7 Syiah 12), yang berarti keturunan Rasullullah saw dari Fatimah. Kedua, ia adalah keturunan penduduk asli Iran dari Kurdistan dan seorang Sunni Mazhab Syafi’I kemudian menggantinya yang kedua berubah menjadi penganut Syiah.
Menurut beberapa ahli sejarah (mis. Huser Muins, Alam al-Islam, Dar al Fikr, Mesir), fase pertama gerakan Safawiyah mempunyai dua corak, yaitu corak Sunni pada masa kepemimpinan Safiuddin (1301-1334) dan anaknya, Saruddin Musa (1334-1399) serta corak Syiah pada masa cucu Syafiuddin, Khawaja Ali (1399-1247), dan pada masa Ibrahim (1427-1447). Pada fase kedua gerakan Safawi berubah bentuk menjadi gerakan politik pada masa Ibrahim (1447-1460) yang ingin membentuk pemerintahan sendiri. Pada saat itu di Persia ada dua dinasti bansa Turki yang berkuasa, yaitu Dinasti Kara Koyunlu (1357-1468) yang dikenal sebagai Black Sheep (Domba Hitam) yang beraliran Syiah serata berkuasa di bagian timur, dan dinasti Ak Koyunlu yang terkenal dengan White Sheep (Domba Putih) yang beraliran Sunni yang berkuasa di bagian barat.
Kegiatan Politik Safawiyah yang mendapat tekanan dari Dinasti Kara Koyunlu memaksa Junaid meninggalkan Ardabil dan minta suaka Politik kepada raja Dinasti Ak Koyunlu yang bernama Uzun Hasan (memerintah 857-882 H/1453-1477 M). persahabatan keduanya menjadi akrab setelah Uzun Hasan mengawinkan adik perempuannya dengan Junaid. Selanjutnya, keduanya bersekutu menghapi Dinasti Kara Koyunlu. Namun, cita-citanya belum tercapai. Dia kemudian digantikan oleh putranya yaitu, Haidar (w. 1476). Tokoh ini memberikan atribut kepada para pengikutnya berupa serban merah yang berumbai dua belas yang di sebut Qizilbas (Kepala merah). Rumbai dua belas ini melambangkan Syiah Dua Belas dan berpengaruh menumbuhkan fanatisme dan militansi para pengikut Syiah. Tetapi perjuangan mereka ini baru berhasil pada masa pemerintahan Isma’il Syafawi, Putra Haidar. Selama 5 tahun (1494-1499) Isma’il dan para pengikutnya menghimpun kekuatan yang besar di Jilan untuk menaklukkan Ak Koyunlu yang telah berhasil bersekutu dengan Kakeknya, Junaid. Tetapi persekutuan ini pecah akibat persaingan politik. Ayahnya, Haidar, mati terbunuh dalam suatu pertempuran di Syirwan. Isma’il dan pasukan Qizilbasnya berhasil menaklukkan Syirwan, kemudian ia menuju ke wilayah Ak Koyunlu. Dalam suatu pertempuran yang sengit di Sharur dekat Nakchivan pada tahun 1501, Isma’il memenangkan pertempuran itu dengan gemilang dan berhasil memasuki Tabriz ibu kota Dinasti Ak Koyunlu. Pada tahun itu juga ia dirikan Kerajaan Safawi dan memproklamasikan dirinya sebagai raja, sebagai pimpinan Rohani, dengan kata lain pimpinan politik. Bahkan dirinya sendiri dianggap sebagai manifestasi Tuhan.
Diantara sultan-sultan besar dari kerajaan Safawi, selain dari Syah Isma’il Safawi (1501-1524), adalah Syah Tahmasp I (1524-1576) dan Syah Abbas (1585-1628), raja yang dianggap berjasa membawa Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuan dan kerajaan. Karena dengan kekuatan militernya kerajaan ini menguasai seluruh daerah dalam suatu pertempuran ia dapat menguasai Kepulauan Hormuz dari tangan orang Portugis dan nama pelabuhan orang Gumron diubah menjadi pelabuhan Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas memindahkan ibu kota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan. Setelah Syah Abbas, tidak ada lagi raja-raja Safawi yang kuat karena terjadinya perebutan kekuasaan sehingga kerajaan menjadi lemah, dan akhirnya kerajaan dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736-1747), kepala salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia.

Kemajuan Kerajaan Safawi
Kemajuan yang dicapai kerajaan safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut :
Bidang Ekonomi
Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dengan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
Di samping sector perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).

Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuna. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalam bidang ini, kerajaan Safawi mungkin dapat diakatakan lebih berhasil dari dau kerajaan besar Islam Lainnya pada masa yang sama.
Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti mesjid-mesjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zenda Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.
Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalamgaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syekgh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat puladalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zamanTahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.
Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejarah.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Agi kerajaan Usmani, berdirinya kerjaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsugn lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namu tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.
Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga sultan Husein.
Penyebab penting lainnnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan kerena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluaraga istana.